WELCOME TO MY BLOG
0

Sekotak kenangan 2015

Tahun ini, setelah sekian lama, nggak nulis resolusi akhirnya kepikiran buat bikin. Nggak banyak, hanya beberapa. Salah satunya membuka hati !

well, abaikan. Banyak yang bilang, waktu akan berjalan cepat jika kita menikmatinya. Hari ini, detik ini, flashback kebelakang, flashback beratus ratus hari kebelakang, banyak banget yang udah dilewatin, bukan sekedar banyak, tapi sangat banyak. Tapi entah, bukan berarti saya menikmatinya.

Tahun 2015 adalah tahun berat buat saya, berat banget. Banyak banget. Tahun yang menuntut saya untuk banyak belajar.

Belajar menerima amanah
Belajar menerima cobaan
Belajar membuka hati
Belajar menerima kehilangan
Belajar jatuh sekaliagus
Belajar bangkit

2015 memaksa saya harus jatuh bangun di rumah sakit yang entah nggak kehitung berapa kali karena sallmonela yang suka banget hidup di intestinume saya.

Yang mengharuskan saya untuk kehilangan banyak hal, mulai dari sahabat, barang, kesempatan. Dan sangat berharap space serta ruangan buat kamu, hilang sepenuhnya di tahun 2016.

Tapi alhamdulillah, dibalik semuanya, Allah masih memberi banyaaaaaak banget nikmat. Salah satunya bisa melewati semua cobaan di tahun ini dengan keadaan composmentis dan nggak gila.

Kadang suka wow aja dengan semua yang udah dilalui ditahun ini. Antara ngga percaya bisa semuanya lewat meskipun harus babak belur dan jungkir balik hingga berapa kali di tahun 2015 ini.

2016,
Berharap semua yang rusak di tahun 2015 bisa saya perbaiki.
Berharap semua resolusi bisa tercapai.
Berharap bisa dapet gelar Sarjana Kedokteran di tahun ini.
Segera cari judul skripsi yang udah harus masuk di awal tahun ini.

Well, welcome 2016 dengan segala ke optimisan saya dibanding tahun lalu.

Dan bye 2015, terimakasih, dan terimakasih
Atas segala drama dan jungkir baliknya,

Much love,

ridhaverdian.

0

Terimakasih, Jogjakarta.



Jogjakarta,

Jika Bandung diciptakan Tuhan ketika tersenyum, mungkin Jogja diciptakan saat kebalikannya. Membuat dia terbiasa dengan keadaan yang mungkin kurang baik, dan membuatnya mampu menangani perasaan yang buruk ketika menginjakan kaki di tanahnya.

Pelukan hangat dan perasaan nyaman seketika menyambutmu disana. Seakan menjadi ibu yang menyediakan pangkuannya untuk tempatmu berkeluh kesah.

Bukan kota tempatku lahir, bukan pula kota tempatku menghabiskan banyak waktuku disana. Tapi dia tempatku mendapatkan pelukan hangat ketika aku membutuhkannya selama 2 tahun ini.

Kota yang telah berapa banyak jam malam aku lewatkan disana. Kota yang telah berapa banyak jalan aku lewati ketika kamu lupa arah. Dan kota yang paling sering aku buat stasiunnya menampungku cukup lama hanya untuk menunggumu datang menjemput dan menunggu ketertinggalan kereta.

Mungkin ini akan menjadi tahun terakhirku mendapat pelukan itu saat aku butuh. Tahun terakhirku yang akan larut malam menerimaku dengan keadaan kacau dengan senyumnya yang bersahabat. Tahun terakhirku untuk mendapatkan tempat menyelesaikan masalah ketika masalahku tiba.

Selamat berjuang di taun terakhirmu, sahabat. Selamat berkutat dengan tugas akhirmu. Selamat mencoba membuka pintu hatimu lagi. Dan terimakasih untuk segalanya. Terimakasih telah menjadi pelukan hangat saat tak ada lagi orang yang mampu memberikan pelukan hangat menenangkan. Terimakasih.


0

Tentang Sebuah Pertemuan

"kak pulang kapan ? Nggak jadi hari ini ?"
"bentar bun, aku tunggu pengumuman dulu katanya keluar hari ini kalau ngga lolos aku pulang ntar siang ya bun"

Percakapan pagiku dengan bunda, dan ini pukul 14.00 enam jam setelah percakapan itu. tidak ada tanda tanda pengumuman yang aku tunggu muncul. Ya, Aku sedang menanti pengumuman tahap kedua pendaftaran asisten dosen di perkuliahanku. Apabila aku lolos maka besok pagi aku harus lanjut seleksi lagi, dan kepulanganku akan mundur

16.30
Bun, aku plg bsk aja. Pgumuman blm keluar takutnya kalau bsk keluar dan lgsung seleksi  *message sent*

17.30
Aku keluar untuk berbuka puasa dengan temanku yang sama sama menanti pengumuman itu. Kami sama sama tidak ingin bolak balik karena rumah kami yang sama sama jauh. Jadi kami memutuskun untuk menunggu hingga semuanya selesai dan kami bisa pulang dengan tenang.

18.40
"ver, gue dapet kabar pengumuman besok pagi terus seleksi berikutnya itu minggu depan"
 
Damn !!
Satu hari ku terbuang disini sia sia. Seharusnya aku sudah bisa berada di rumah dan berbuka dengan mereka. Tapi ? Hanya untuk menunggu yang tidak pasti aku membuang kesempatan berharga.

Aku memutuskan untuk menelepon rumah
" halo, Bun aku pulang sekarang ya "
" udah jam segini kamu mau naik apa kak? "
" naik bis masih ada kok bun sampai sana paling jam 10 "
" naik travel aja udah nanti ayah jemput. Awas kalau kamu naik bis"

Karena ancaman bunda, Akhirnya aku naik travel yang menghubungkan 3 kota besar dengan keberangkatan jam 20.00. Travel cukup sepi malam itu. Hanya ada 3 orang yang diantar menuju kotaku. Aku, seorang bapak tua, dan seorang wanita.

22.15
Aku tiba di kotaku. Di kantor travel itu aku turun, menunggu jemputan ayah. Aku duduk di ruang tunggu yang menghadap jalanan. Ada travel yang datang, dan itu bukan dari kota rantauanku. Itu dari kota besar satunya. Aku tidak peduli dan kembali bermain hp.

Pintu ruang tunggu terbuka

"bek"

Ada yang memanggilku, dan hanya 1 orang yang memanggilku dengan cara seperti itu. Aku mengangkat kepalaku, dia tersenyum. Aku bertemu dengannya lagi dengan cara yang tak terduga.

"kok tumben ngga bawa motor", kataku ketika dia duduk di sampingku

"gatau lagi pengen pulang naik travel, kamu sendiri tumben",katanya sambil mengambil sebatang rokok. Aku menahannya menyalakan korek. Mukanya protes, aku hanya senyum. Dia memasukannya lagi ke kantong jaket.

"temenin makan yuk, laper", katanya lagi sambil berdiri dan membuka pintu. Aku mengikutinya dari belakang karena akupun juga sangat lapar. Sambil nunggu ayah, pikirku. Ditambah dia mengatakan akan mentraktirku. Entah ada maksud apa.

22.45
Ayahku tiba, bertemu dengan dia dan sedikit berbasa basi dengannya lalu kami masuk mobil dan pulang. Sempat menawarinya pulang karena rumah kami dekat dan searah. Tapi dia menolak katanya kakaknya akan menjemput.

Di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang aku terus berpikir, tentang sebuah pertemuan

Apakah maksud Tuhan mempertemukan kita dengan orang orang. Entahlah, kadang suka berpikir mengapa kita harus bertemu dengan orang kalau akhirnya kita akan berpisah dengannya. Untuk apa kita dipertemukan apabila akhirnya orang itu bermaksud buruk dengan kita. Dan untuk apa sebuah pertemuan jika dia hanya sekedar lewat tanpa ada pengaruh apapun dalam hidup kita. Bukankah lebih baik kita tidak dipertemukan dengan orang orang seperti itu ?

Seperti pertemuan kebetulanku tadi. Jika aku pulang besok pagi mungkin aku tak akan bertemu dengannya malam ini. Jika aku nekat pulang naik bis, aku tak akan berada di kantor travel malam ini. Dan jika saja aku memilih mengambil keberangkatan pukul 19.00 aku tidak akan tiba bersamaan dengan travelnya.

Terlalu banyak jika dan untuk malam ini Tuhan menghapus semua jika itu. Se-kebetulan itu kah ? lalu untuk apa Tuhan menghapus semua jika itu ?

"kok diem kak, ada apa?" ternyata ayah yang sejak tadi mengemudi memperhatikanku.

"yah, kenapa harus ada pertemuan yang kebetulan, apa perpisahan juga ada yang kebetulan ?"

"nggak pernah ada yang namanya kebetulan, bahkan untuk debu yang berterbangan sekalipun. Kamu dipertemukan sama orang pasti ada alasan, mungkin kamu lagi disuruh belajar darinya atau bahkan mengajarkan. Begitu pula sama perpisahan. Pasti ada alasan. Mungkin itu cara Allah bilang tidak atau menjauhkanmu dari jalan yang salah. Atau bisa juga pertemuan dan perpisahan itu memang jawaban dari semua doamu yang di ACC sama Allah. Yang kamu pikirin itu bukan alasan Allah buat melakukan itu tapi bagaimana kamu menghargai sebuah pertemuan sebelum adanya perpisahan. Karena kamu harus inget, mereka itu sepaket. Setiap kamu bertemu dengan orang kamu juga harus siap karena pasti suatu saat nanti kamu akan berpisah dengannya"

Aku tersentak dengan jawaban ayahku. Disamping penjelasannya yang cukup membuatku membuka mata, ternyata aku menemukan jawaban atas pertemuan singkat ku dengannya tadi.

Terbayang saat kami makan di kaki lima tadi. Percakapan lepas yang sudah tidak terjadi sekitar 2 bulan, malam ini kami bisa tertawa lepas lagi. Cerita konyol yang keluar dari mulutnya, kebiasaan debat ngga penting kita yang berakhir dengan perang dunia. Dan ceritaku ketika harus melewati gerbang itu masih sama rasanya, dan dia menanggapi hanya dengan senyuman.

Mungkin ini maksud Tuhan, mengembalikan kebiasaan kebiasaan kita, sebagai sahabat, yang sempat hilang. Menumbuhkan ‘kebiasaan’ itu sebelum 2 bulan kita tidak bertemu dan melewati juli ini tidak seperti juli juli sebelumnya.

0

Sebuah Cerita Di Kota Istimewa



nyet, lu dimana ? *message sent*

stasiun kecil, 6 sore aku tiba. Ramai, gerimis dan gelap. Aku duduk di kursi panjang untuk menunggu. Dingin, bodohnya aku hanya memakai kaos tanpa jaket. Kukeluarkan novel di tasku untuk membunuh waktu menanti kedatangannya.

“beeek, wooy !!!”

Bukan suara yang asing, pikirku. Benarkan ! yang aku tunggu datang. Masih sama, helm putih sejak 3 tahun lalu, cara berpakaiannya yang selalu saja terlihat acak-acakan dan, senyumnya yang sangat bersahabat.

Aku menghampirinya, memasang senyumku seperti biasanya (yang menurutnya itu adalah senyum anak 5 tahun).

“mau kemana kita bu” tanyanya

“makan !!!!”

Dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Tapi aku tak peduli reaksinya, aku naik ke motornya dan kita meninggalkan stasiun kecil, tempat pertemuan kita.

Ada yang berbeda dengan sikapnya, dan aku harus menyelesaikannya malam ini juga.

Dia membawaku ke tempat yang cukup asik untuk mengobrol. Entah mungkin kami sama sama berpikiran yang sama. Menyelesaikannya malam ini. Aku mengeluarkan buku tugas kuliahku. Dan dia mengeluarkan laptopnya untuk segera mengakhiri Tugas Akhirnya.

Kami terdiam dan tenggelam dengan tugas kita masing masing. Hingga pelayan datang membawa pesanan kita, dan kita pun tersadar. Ada yang harus diselesaikan malam ini juga.

Aku mulai sibuk dengan makananku. Jujur, saat itu aku sangat lapar. Rentetan rapat dan kuliah membuatku lupa makan siang. Dia menatapku.

“ aku masih belum percaya, kenapa bisa kamu orangnya” katanya

Aku tersenyum, “tapi aku udah tau kalo itu pasti aku” dengan nada jailku. Dan dia hanya tersenyum dan meminum kopi pesanannya.

“ jadi, jawabannya masih sama ?” lanjutnya. Aku yang akan memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutku urung melakukannya. Kulihat matanya. Aku tidak ingin jadi musuhnya Tuhan. Ucapku dalam hati.

“aku nggak bisa”, jawabku pasrah.

“kenapa ? dia masih ada ? atau karena kamu temanku ?” kali ini matanya serius. Tapi aku bisa merasakannya, dia tidak akan marah seperti kejadian lalu.

Aku terdiam. dia mengambil sebatang rokok, dan menyalakannya. Kali ini aku tidak akan marah ketika dia menikmati benda kecil membunuh itu. Aku tau dari sikapnya, dia sedang banyak pikiran. dan dia hanya merokok bila sudah terlalu banyak hal yang memenuhi pikirannya.

Tiba-tiba dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Headset. Dia menyambungkannya dengan laptop dan memberikannya kepadaku.

“nih dengerin”

Bila kau sanggup untuk melupakan dia
Biarkan aku hadir dan menata
Ruang hati yang telah tertutup lama
Jika kau masih ragu untuk menerima
Biarkan hati kecilmu bicara
Karena ku yakin kan datang saatnya
Kau jadi bagian hidupku
Kau jadi bagian hidupku
Takkan pernah berhenti untuk selalu percaya
Walau harus menunggu seribu tahun lamanya

Aku mendengarkan hingga selesai. sesekali mata kita bertemu,dia menatapku. Aku melepas headsetnya. Bukan lagu asing bagiku. Tapi sampai saat ini aku tidak begitu peduli dengan liriknya. Dan malam ini aku memahami setiap katanya. It’s like he talk to me.

Dia tersenyum, sekali lagi aku melihat senyumnya, senyum itu. Senyum sahabatku. Aku tenang. Melalui senyum itu aku tau jawabannya. Aku tau kalimat apa yang akan aku sampaikan kepadanya.

Yaa, dia masih sahabatku yang selalu mencarikanku jalan keluar saat aku terjebak dalam masalah. Termasuk kali ini, sekalipun itu masalahku dengannya. Dia masih sama.

“mau jadi apapun kamu di hidupku, baik itu temen, sahabat, kakak, pacar atau musuh sekalipun, kamu udah punya porsi sendiri dihati ini. Jalani aja, biarin dia mengalir. Biarin Allah yang bawa semuanya. Kalau memang buat aku dan buat kamu, kita nggak akan disuruh kemana mana lagi. Menyatu nggak harus dengan suatu ikatan. Cukup batin yang terekat kuat. Kamu, untuk aku apapun itu”.

Dia tersenyum mendengar jawabanku. Aku lega. Ya, kami sama sama dewasa. Kami tau maksud dari setiap kata yang keluar dari mulut kami.

Akhirnya aku menyelesaikannya malam ini juga.

Paginya aku harus kembali ke kotaku. Dia mengantarkanku ke stasiun. Bukan stasiun tempat kami bertemu. Tapi ini stasiun terbesar di kotanya. Tidak ada yang berubah, dia masih sahabatku. Bedanya, sekarang kami lebih tau kemana kami akan berjalan.

Keretaku tiba. Dia membawakanku satu kantong plastik penuh makanan. Aku mengucapkan terimakasih dan sedikit berdebat dengannya tentang kereta api. Bukan hal penting tapi itu mampu membuatku kesal dan dia puas bisa membuatku jengkel.

Dia mengusap kepalaku

“ati ati pulangnya, jangan ketiduran nanti bablas”

Aku tersenyum, ini waktuku pulang. Sebelum menuju pemeriksaan tiket, aku melontarkan sebuah pertanyaan kecil padanya.

“kenapa harga makanan di stasiun itu mahal ?”

“pajaknya tinggi ?” aku menggelengkan kepala sambil meninggalkannya dengan muka penasarannya.

Aku masuk kereta, menempati kursiku dan kereta berjalan meninggalkan stasiun.

*message received* jadi kenapa harga makanan di stasiun mahal ?

Stasiun itu tempat dimana semua barang menjadi mahal, karena itu sesuai dengan tempatnya, tempat pertemuan dan perpisahan. Berapa harga sebuah pertemuan dari waktu yang terlalu lama dilewatkan bersama ? dan  berapa harga sebuah perpisahan dari waktu pertemuan yang begitu singkat ? harga barang yang dijual disana cukup mewakili bagaimana mahalnya harga sebuah pertemuan dan perpisahan. Dan aku puas dengan semua yang aku dapat meskipun harus membayar mahal dari pertemuan denganmu ini.


*message sent*
0

mengakulah



Bagaimana jika ternayata kau salah mengambil langkah ? rasanya jalan yang kau pilih benar ya ? tapi nyatanya ? saat temanmu tak sengaja teringat dengannya karena ulahmu sendiri, kau ikut sakit kan ?

Dengan segala kejadian kurang lebih 1 tahun yang lalu, yang menyadarkan bahwa ternyata dialah yang pertama dan sadarlah, dia masih ada di salah satu bilik hatimu. Mungkin karena terlalu kecilnya dan ada yang lain hingga kau tak pernah sadar keberadaannya.

Kau rindu kan ? pasti kau mengelak. Mengaku lah kalah nak, egomu terlalu besar. Mengakulah ketika dia datang dan menawarkan perhatiannya ditengah penantian panjangmu kepada sesorang ada bagian dalam hatimu yang seakan menerima morfin. Masih saja kau mengelak ?

Mengakulah ketika akhirnya kau bertemu dengannya rasa itu masih sama dengan 7 tahun yang lalu. Mengakulah lewat pandangan mata kalian berdua. Pandangan mata yang sempat membuat iri teman temanmu ketika kau berbicara dengannya, masih sama kah ? atau ada perubahan ? mengakulah sayang.

Mengakulah ketika dia mengutarakan semuanya, ada perasaan terbang yang coba kau supressi, ya karena sifatmu yang mudah jatuh ketika yang kau inginkan itu lepas. Kau tak ingin dia lepas dari hidupmu dan akhirnya kau memilih mengucapkan kata tidak.

Mengakulah, alasanmu melepasnya bukan karena masa lalu nya atau sifatnya. Mengakulah jika sebenarnya kau terlalu sayang hingga kau takut akan segala kemungkinan yang bisa menyebabkan kalian menjadi 2 orang tak saling kenal. Segala kemungkinan yang bisa menjauhkan kalian berdua, dan dia benar benar lepas.

Mengakulah, kau sangat kehilangan dia saat dia mulai mengurangi intensitasnya untuk menyapamu. Sekedar mengirim pesan singkat tengah malam saat kalian sama sama berkutat dengan tugas dan ujian, sekedar berbagi cerita ketika kalian lelah dengan kehidupan kalian sekarang. Mengakulah !

Dan aku mohon, mengakulah saat ini kau lelah dan kau menyerah dengan semuanya. Kau ingin dia datang kembali dengan segala perhatiannya, dan kau pernah berkata tak akan melepasnya lagi jika dia datang dan mengulang pertanyaan yang sama. Ingat ? masih kau mengelak ?

Egomu sangat tinggi sayang. Turunkanlah, jika kau tak ingin kehilangan orang yang begitu berharganya di hidupmu. Ketika kau melihat temanmu mengingatnya, temanmu yang dulu pernah menaruh hati padanya, ada rasa sakit kan ? ada rasa takut kan ? takut jika akhirnya mereka berdua bertemu kembali dan muncul berbagai kemungkinan.

Aku tau kau akan mengikhlaskan mereka berdua, bagaimanapun kedunya adalah sahabatmu kan, aku tau. Aku tau dengan cara itu kau tak akan pernah kehilangannya dan dia akan tetap selalu ada disampingmu. Tapi yakinkah kau kuat melihatnya ? berkatalah tidak jika kau tak mampu, jangan bersembunyi dibalik senyum dan tawamu nak.

Tapi masihkah kau mengelak jika hatimu sudah berpindah ? masih bisa kau katakan bahwa tak ada perasaan apapun untuknya, hanya sebagai sahabat tempat berbagai cerita ?

Aku sudah tak percaya. Aku melihat senyummu ketika tiba tiba dia menghubungi. Aku melihat matamu berbinar jika temanmu menanyakannya, dan segala cerita terlontar dari mulutmu. Dan aku tau bagaimana reaksimu ketika ayahmu menanyakannya.

Hai hati kecil, mengakulah kau telah jatuh padanya. Mengakulah jika sayang itu masih ada. Mengakulah 3 tahun penantianmu tidak ada apa apanya dengan rasamu 7 tahun lalu kepadanya. Mengakulah kau ingin dia kembali, mengatakan semuanya kembali dan kau ingin mengubah ucapanmu dari tidak menjadi ya. Mengakulah sayang.


Dari aku,
 
 
Akal pikiranmu


Diberdayakan oleh Blogger.
Back to Top