WELCOME TO MY BLOG
0

Tentang Sebuah Pertemuan

"kak pulang kapan ? Nggak jadi hari ini ?"
"bentar bun, aku tunggu pengumuman dulu katanya keluar hari ini kalau ngga lolos aku pulang ntar siang ya bun"

Percakapan pagiku dengan bunda, dan ini pukul 14.00 enam jam setelah percakapan itu. tidak ada tanda tanda pengumuman yang aku tunggu muncul. Ya, Aku sedang menanti pengumuman tahap kedua pendaftaran asisten dosen di perkuliahanku. Apabila aku lolos maka besok pagi aku harus lanjut seleksi lagi, dan kepulanganku akan mundur

16.30
Bun, aku plg bsk aja. Pgumuman blm keluar takutnya kalau bsk keluar dan lgsung seleksi  *message sent*

17.30
Aku keluar untuk berbuka puasa dengan temanku yang sama sama menanti pengumuman itu. Kami sama sama tidak ingin bolak balik karena rumah kami yang sama sama jauh. Jadi kami memutuskun untuk menunggu hingga semuanya selesai dan kami bisa pulang dengan tenang.

18.40
"ver, gue dapet kabar pengumuman besok pagi terus seleksi berikutnya itu minggu depan"
 
Damn !!
Satu hari ku terbuang disini sia sia. Seharusnya aku sudah bisa berada di rumah dan berbuka dengan mereka. Tapi ? Hanya untuk menunggu yang tidak pasti aku membuang kesempatan berharga.

Aku memutuskan untuk menelepon rumah
" halo, Bun aku pulang sekarang ya "
" udah jam segini kamu mau naik apa kak? "
" naik bis masih ada kok bun sampai sana paling jam 10 "
" naik travel aja udah nanti ayah jemput. Awas kalau kamu naik bis"

Karena ancaman bunda, Akhirnya aku naik travel yang menghubungkan 3 kota besar dengan keberangkatan jam 20.00. Travel cukup sepi malam itu. Hanya ada 3 orang yang diantar menuju kotaku. Aku, seorang bapak tua, dan seorang wanita.

22.15
Aku tiba di kotaku. Di kantor travel itu aku turun, menunggu jemputan ayah. Aku duduk di ruang tunggu yang menghadap jalanan. Ada travel yang datang, dan itu bukan dari kota rantauanku. Itu dari kota besar satunya. Aku tidak peduli dan kembali bermain hp.

Pintu ruang tunggu terbuka

"bek"

Ada yang memanggilku, dan hanya 1 orang yang memanggilku dengan cara seperti itu. Aku mengangkat kepalaku, dia tersenyum. Aku bertemu dengannya lagi dengan cara yang tak terduga.

"kok tumben ngga bawa motor", kataku ketika dia duduk di sampingku

"gatau lagi pengen pulang naik travel, kamu sendiri tumben",katanya sambil mengambil sebatang rokok. Aku menahannya menyalakan korek. Mukanya protes, aku hanya senyum. Dia memasukannya lagi ke kantong jaket.

"temenin makan yuk, laper", katanya lagi sambil berdiri dan membuka pintu. Aku mengikutinya dari belakang karena akupun juga sangat lapar. Sambil nunggu ayah, pikirku. Ditambah dia mengatakan akan mentraktirku. Entah ada maksud apa.

22.45
Ayahku tiba, bertemu dengan dia dan sedikit berbasa basi dengannya lalu kami masuk mobil dan pulang. Sempat menawarinya pulang karena rumah kami dekat dan searah. Tapi dia menolak katanya kakaknya akan menjemput.

Di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang aku terus berpikir, tentang sebuah pertemuan

Apakah maksud Tuhan mempertemukan kita dengan orang orang. Entahlah, kadang suka berpikir mengapa kita harus bertemu dengan orang kalau akhirnya kita akan berpisah dengannya. Untuk apa kita dipertemukan apabila akhirnya orang itu bermaksud buruk dengan kita. Dan untuk apa sebuah pertemuan jika dia hanya sekedar lewat tanpa ada pengaruh apapun dalam hidup kita. Bukankah lebih baik kita tidak dipertemukan dengan orang orang seperti itu ?

Seperti pertemuan kebetulanku tadi. Jika aku pulang besok pagi mungkin aku tak akan bertemu dengannya malam ini. Jika aku nekat pulang naik bis, aku tak akan berada di kantor travel malam ini. Dan jika saja aku memilih mengambil keberangkatan pukul 19.00 aku tidak akan tiba bersamaan dengan travelnya.

Terlalu banyak jika dan untuk malam ini Tuhan menghapus semua jika itu. Se-kebetulan itu kah ? lalu untuk apa Tuhan menghapus semua jika itu ?

"kok diem kak, ada apa?" ternyata ayah yang sejak tadi mengemudi memperhatikanku.

"yah, kenapa harus ada pertemuan yang kebetulan, apa perpisahan juga ada yang kebetulan ?"

"nggak pernah ada yang namanya kebetulan, bahkan untuk debu yang berterbangan sekalipun. Kamu dipertemukan sama orang pasti ada alasan, mungkin kamu lagi disuruh belajar darinya atau bahkan mengajarkan. Begitu pula sama perpisahan. Pasti ada alasan. Mungkin itu cara Allah bilang tidak atau menjauhkanmu dari jalan yang salah. Atau bisa juga pertemuan dan perpisahan itu memang jawaban dari semua doamu yang di ACC sama Allah. Yang kamu pikirin itu bukan alasan Allah buat melakukan itu tapi bagaimana kamu menghargai sebuah pertemuan sebelum adanya perpisahan. Karena kamu harus inget, mereka itu sepaket. Setiap kamu bertemu dengan orang kamu juga harus siap karena pasti suatu saat nanti kamu akan berpisah dengannya"

Aku tersentak dengan jawaban ayahku. Disamping penjelasannya yang cukup membuatku membuka mata, ternyata aku menemukan jawaban atas pertemuan singkat ku dengannya tadi.

Terbayang saat kami makan di kaki lima tadi. Percakapan lepas yang sudah tidak terjadi sekitar 2 bulan, malam ini kami bisa tertawa lepas lagi. Cerita konyol yang keluar dari mulutnya, kebiasaan debat ngga penting kita yang berakhir dengan perang dunia. Dan ceritaku ketika harus melewati gerbang itu masih sama rasanya, dan dia menanggapi hanya dengan senyuman.

Mungkin ini maksud Tuhan, mengembalikan kebiasaan kebiasaan kita, sebagai sahabat, yang sempat hilang. Menumbuhkan ‘kebiasaan’ itu sebelum 2 bulan kita tidak bertemu dan melewati juli ini tidak seperti juli juli sebelumnya.

Diberdayakan oleh Blogger.
Back to Top